Dalam dunia pemasaran yang semakin kompetitif, memahami cara memanfaatkan teknik psikologi bisa menjadi kunci sukses untuk menarik pelanggan. Menggunakan pendekatan psikologi dalam marketing membantu pemasar berkomunikasi dengan lebih efektif, menciptakan hubungan emosional dengan audiens, dan akhirnya meningkatkan tingkat konversi. Berikut adalah lima teknik psikologi yang bisa diimplementasikan dalam strategi pemasaran Anda, berdasarkan video dari Iwan Setiawan dalam serial “Analisis”.
Memanfaatkan Konsep “Notch” dalam Pengambilan Keputusan Cepat
Salah satu kendala terbesar dalam pemasaran saat ini adalah waktu perhatian yang sangat singkat. Menurut penelitian, rata-rata orang hanya mampu fokus selama 8 detik sebelum perhatian mereka teralihkan. Hal ini mendorong marketer untuk menciptakan dorongan-dorongan kecil atau “notch” yang membantu pelanggan dalam mengambil keputusan dengan cepat. Contoh sederhana notch yang kita jumpai sehari-hari adalah garis antrian yang ditempatkan di supermarket atau tempat umum lainnya untuk membantu menjaga jarak sosial. Dengan memanfaatkan notch, Anda dapat mengarahkan perilaku pelanggan tanpa terlihat memaksa.
Social Proof – Menciptakan Kepercayaan dari Keramaian
Social proof adalah teknik yang sangat efektif dalam pemasaran karena orang cenderung mengikuti tindakan yang dilakukan oleh mayoritas. Ketika seseorang melihat banyak orang yang melakukan atau menyukai sesuatu, mereka cenderung menganggapnya sebagai pilihan yang benar. Contohnya, ketika Anda melihat antrean panjang di restoran, besar kemungkinan Anda juga tertarik untuk mencoba restoran tersebut. Go-Jek misalnya, menampilkan data jumlah unduhan aplikasinya dan jumlah mitra untuk menunjukkan popularitasnya di masyarakat. Dengan menampilkan popularitas produk atau layanan Anda, social proof ini akan membangun kepercayaan calon pelanggan dan membuat mereka lebih mudah tertarik mencoba produk Anda.
Loss Aversion – Menggunakan Ketakutan Kehilangan untuk Memotivasi Pembelian
Loss aversion adalah prinsip psikologis yang menyatakan bahwa ketakutan kehilangan sesuatu lebih kuat dibandingkan keinginan untuk mendapatkan sesuatu. Dalam dunia marketing, konsep ini bisa diterapkan melalui flash sale atau penawaran terbatas waktu, yang menciptakan urgensi dan ketakutan pada pelanggan akan kehilangan kesempatan. Ketika konsumen dihadapkan pada penawaran “Harga Naik Hari Senin”, mereka terdorong untuk segera melakukan pembelian sebelum harga naik. Teknik ini sangat efektif dalam menciptakan dorongan cepat untuk membeli dan mencegah penundaan pembelian.
Anchoring – Menggunakan Titik Referensi untuk Meningkatkan Nilai Produk
Anchoring adalah teknik yang menggunakan titik referensi atau harga awal sebagai penanda untuk menetapkan nilai produk. Misalnya, dengan menunjukkan harga asli dan harga diskon secara bersamaan, pelanggan akan cenderung melihat nilai dari produk yang didiskon. Misalnya, harga asli Rp500.000 dicoret dan menjadi Rp100.000, akan menciptakan persepsi bahwa diskon tersebut sangat besar. Teknik anchoring ini juga diterapkan dalam ukuran minuman di kafe seperti Starbucks, di mana pelanggan terdorong memilih ukuran yang lebih besar dengan menambah biaya sedikit. Dengan teknik ini, Anda bisa mempengaruhi persepsi pelanggan terhadap nilai dari suatu penawaran.
Framing – Menyajikan Produk dengan Cara yang Menarik
Framing adalah teknik di mana informasi atau produk disajikan dalam cara yang berbeda untuk menciptakan persepsi yang berbeda. Misalnya, cendol dalam gelas plastik akan dianggap sebagai minuman murah, tetapi jika disajikan dalam wadah yang elegan, minuman yang sama akan terkesan mewah dan harganya bisa lebih mahal. Teknik framing ini menunjukkan bahwa cara produk atau informasi disajikan dapat memengaruhi persepsi nilai dari produk tersebut. Penggunaan framing dalam kemasan produk juga dapat mempengaruhi segmen pasar yang tertarik, misalnya dengan memberi label “low calorie” untuk menarik konsumen yang peduli kesehatan atau “high protein” untuk mereka yang ingin menambah massa otot.
Commitment – Meningkatkan Loyalitas melalui Komitmen
Orang yang telah membuat komitmen, baik besar maupun kecil, cenderung lebih setia dan termotivasi untuk melanjutkan. Loyalty card di supermarket adalah contoh bagaimana komitmen kecil bisa membuat pelanggan lebih sering berkunjung. Mereka termotivasi untuk terus mengumpulkan poin dan menikmati hadiah dari loyalty card. Selain itu, komitmen berlangganan seperti gym membership atau Netflix juga meningkatkan keinginan untuk menggunakan layanan tersebut agar tidak merasa rugi. Bagi pemasar, menciptakan skema loyalty atau komitmen dapat membantu meningkatkan retensi pelanggan, membuat mereka merasa terikat, dan akhirnya lebih sering melakukan pembelian.
Mengintegrasikan teknik psikologi
Mengintegrasikan teknik psikologi dalam strategi pemasaran dapat memberikan dampak signifikan bagi bisnis. Dengan memahami bagaimana cara kerja pikiran manusia dalam pengambilan keputusan, pemasar dapat menciptakan pengalaman yang lebih personal dan relevan bagi audiens mereka. Teknik seperti social proof, loss aversion, anchoring, framing, dan commitment adalah beberapa contoh strategi yang dapat diterapkan untuk membangun loyalitas, meningkatkan kepercayaan, dan memotivasi tindakan.
Leave a Reply