Marketing selalu berkembang, dan strategi yang efektif beberapa tahun lalu mungkin sudah tidak relevan hari ini. Di tahun 2025, kita melihat tren marketing yang makin mengutamakan storytelling, branding yang kuat, dan tentu saja, pemanfaatan teknologi seperti AI.
Artikel ini akan membahas strategi marketing yang paling “kemakan” (alias paling efektif dan diterapkan banyak orang) di 2025 berdasarkan insight dari para pakar bisnis.
Perubahan Mindset dalam Marketing
Orang Membeli Karena Hati, Menolak Karena Otak
Dalam dunia marketing, ada satu konsep menarik: orang membeli karena hati, tapi menolak karena otak.
Bayangkan ini: Kamu lihat sebuah produk smart home yang keren. Secara emosional, kamu langsung pengen beli karena kelihatannya canggih dan cocok buat rumahmu. Tapi setelah dipikir-pikir, kamu mulai bertanya:
- “Apakah aku benar-benar butuh ini?”
- “Harganya masuk akal nggak?”
- “Ada manfaat jangka panjangnya nggak?”
Akhirnya, keputusan untuk membeli terjadi setelah melewati tahap pertimbangan logis. Oleh karena itu, strategi marketing harus bisa membangun koneksi emosional dulu sebelum meyakinkan konsumen dengan logika.
๐ Kutipan: “Orang membeli karena hati, menolak karena otak.”
Branding vs. Performance Marketing, Mana yang Lebih Penting?
Banyak bisnis masih bingung antara dua strategi ini:
- Branding โ Fokus membangun awareness jangka panjang (misalnya lewat storytelling dan konten kreatif).
- Performance Marketing โ Fokus langsung ke penjualan (misalnya lewat iklan berbayar).
Analogi sederhananya:
- Branding itu seperti menuang ikan ke kolam โ Kita menarik calon pembeli agar tertarik dan nyaman di “ekosistem” brand kita.
- Performance Marketing itu seperti memancing ikan yang sudah ada di kolam โ Kita hanya perlu strategi yang tepat untuk “menangkap” mereka.
Jadi, keduanya penting, tapi harus tahu kapan menerapkannya.
๐ Kutipan: “Branding itu menuang ikan ke kolam, performance marketing itu memancing ikan di kolam.”
Strategi Marketing Paling Efektif di 2025
Dari AIDA ke AIAS (Atau Bahkan Tanpa “S”)
Dulu, marketer menggunakan formula AIDA (Attention, Interest, Desire, Action).
Lalu muncul konsep AIAS:
- Attention (Menarik perhatian)
- Interest (Membangun minat)
- Search (Orang mencari produk lebih lanjut)
- Action (Mereka membeli)
- Share (Mereka merekomendasikan)
Namun, di era TikTok Shop dan YouTube Shopping, tahap “Search” mulai menghilang. Sekarang banyak pembeli langsung klik & beli tanpa riset panjang. Jadi, modelnya berubah menjadi AIAS tanpa “S” di tengahnya.
๐ Kutipan: “Sekarang ini bukan lagi era AIAS, tapi lebih ke AIAS tanpa ‘Search’.”
Relevan + Value for Money = Viral!
Agar produk bisa viral dan banyak dibeli, ada dua faktor utama:
- Relevan โ Produk harus sesuai dengan kebutuhan spesifik target market.
- Value for Money โ Produk memberikan manfaat yang sepadan dengan harganya.
Contoh studi kasus:
๐น Ada coffee shop yang target marketnya ibu-ibu yang nunggu anak pulang sekolah. Mereka bikin konsep ruang curhat privat di dalam kafe. Ini relevan, dan kalau harganya pas, orang akan dengan senang hati merekomendasikannya ke teman-teman mereka.
๐ Kutipan: “Marketing yang sukses adalah marketing yang memiliki relevan value for money.”
AI dan Marketing, Seberapa Penting?
AI Itu Alat, Bukan Pengganti Manusia
Banyak yang berpikir AI akan menggantikan marketer. Tapi sebenarnya, AI hanyalah alat.
Misalnya, kita bisa menggunakan AI untuk:
- Menganalisis data pelanggan dan membuat persona yang lebih akurat.
- Membantu menulis script video promosi.
- Memprediksi tren yang akan booming di pasar.
Namun, tetap butuh sentuhan manusia untuk storytelling dan kreativitas.
๐ Kutipan: “AI itu tools, tapi tetap butuh tukang yang ahli untuk menggunakannya.”
Studi Kasus: Marketing yang Sukses dan Efektif
Menggunakan Data untuk Targeting yang Lebih Akurat
Salah satu strategi yang paling ampuh adalah menggunakan data pelanggan yang sudah ada.
Misalnya, sebuah brand sepatu lari ingin meningkatkan penjualan. Mereka bisa:
- Mengumpulkan data nomor WhatsApp atau email pelanggan lama.
- Mengunggah data ini ke platform iklan seperti Meta atau Google.
- Platform tersebut akan mencarikan audiens yang mirip dengan pelanggan lama.
Hasilnya? Iklan lebih tertarget dan conversion rate lebih tinggi!
๐ Kutipan: “Gunakan data pelanggan lama untuk mencari pelanggan baru yang mirip.”
Mindset yang Harus Dimiliki Marketer di 2025
Jangan Cari Jalur Tengah, Pilih Target yang Jelas!
Banyak bisnis gagal karena berusaha menyenangkan semua orang. Padahal, yang lebih efektif adalah menargetkan segmen spesifik lebih dulu.
Contoh:
๐น Produk sapu bisa dipasarkan dengan cara berbeda ke berbagai segmen:
- Ke bapak-bapak โ Tonjolkan fitur teknologinya.
- Ke ibu-ibu โ Fokus ke pilihan warna yang cocok dengan rumah.
- Ke asisten rumah tangga โ Tekankan bahwa produk ini lebih hemat tenaga.
Jangan gabungkan semuanya dalam satu pesan iklan!
๐ Kutipan: “Kalau mau nangkap ayam, jangan kejar semuanya. Kejar satu dulu.”
Marketing yang Paling “Kemakan” di 2025
Dari semua pembahasan di atas, bisa kita simpulkan bahwa strategi marketing yang paling efektif di 2025 adalah:
โ
Mengutamakan storytelling dan branding.
โ
Memanfaatkan AI, tapi tetap dengan sentuhan manusia.
โ
Fokus pada “AIAS tanpa S” dalam customer journey.
โ
Menawarkan produk dengan relevan value for money.
โ
Menggunakan data pelanggan lama untuk targeting yang lebih akurat.
โ
Tidak mencoba menyenangkan semua orang, tapi memilih target market yang jelas.
Bonus: Tabel Perbandingan Strategi Marketing Lama vs. Baru
Strategi Marketing | Cara Lama | Cara Baru di 2025 |
---|---|---|
Branding vs. Performance | Terpisah | Harus sinergi |
Model AIDA | Masih pakai “Search” | “Search” mulai hilang |
AI dalam Marketing | Hanya untuk analisis data | Bisa bantu storytelling & targeting |
Target Market | Menargetkan semua orang | Fokus ke niche market dulu |
Penjualan | Fokus diskon & promo | Fokus value for money & storytelling |
Semoga artikel ini bisa jadi panduan buat kamu yang mau menerapkan strategi marketing terbaru di 2025. Yuk, mulai optimalkan branding dan storytelling agar produkmu makin “kemakan”! ๐
Leave a Reply